JENDELA INFORMASI SISWA
Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan suatu hal atau suatu benda. Kreativitas masuk dalam kemampuan kognitif tertinggi pada taksonomi Bloom (C6). Setiap anak memiliki kreativitas yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa karya siswa MI Tahassus :
Cerita pendek (Cerpen)
Rumah Angker
Rumah Angker
As Salam (Allah Maha Pemberi Keselamatan)
Oleh : Gagah Langit Rahagi
Editor : Yuti Yuliani
Perkenalkan Aku Gagah, aku adalah salah seorang santri di salah satu pendok pesantren di daerah Purworejo. Aku memiliki sahabat karib yang bernama Daffa dan Reza. Ya kami sering kemana-kemana bertiga sampai banyak yang menyebut kami Tiga Sekawan.
Sore itu setelah mengaji, Aku, Daffa dan Reza jalan-jalan di sekitar pondok pesantren tempatku menimba ilmu. Kami bertiga melewati kompleks kuburan yang di sebelahnya terdapat rumah yang sudah cukup tua. Rumah bergaya jawa kuno dengan pendopo yang cukup luas di bagian depan rumah. Suasana rumah itu hening seperti sudah lama ditinggal penghuninya. Seperti yang diajarkan oleh guru kami, disunahkan untuk mengucapkan salam ketika melewati kuburan, kami pun mengucapkan salam ketika melewatinya. “Assalamu’alaikum” ucap Daffa. “Sssttt, kalian dengar tidak? Barusan ada yang menjawab salam”, ujar Reza. “Ah masa kok aku gak mendengarnya?” sahutku. “Iyaa, aku juga mendengarnya lirih, Za. Duh, aku jadi merinding”, jawab Daffa yang seketika itu merasa bulu kuduknya seakan berdiri. “Aaaaaaaa….” teriak kami sambil berlari menuju pondok.

(Ilustrasi : https://www.griyasatria.co.id/fakta-dan-mitos-rumah-dekat-kuburan/)
Di pondok, kami bertiga masih merasa ketakutan. Walau kami ketakutan, tetapi rasa penasaran kami melebihi rasa takut kami, terlebih Daffa. “Besok kita kesana lagi yuk, aku masih penasaran, masa kita bisa mendengar penghuni kuburan menjawab salam, bisa saja itu orang hidup”. Aku dan Reza hanya saling bertukar pandang karena kami masih merasa takut. “Aku tidak yakin kalau yang menjawab salam itu manusia, karena ketika kita lewat tidak terlihat satu pun orang di sekitar kompleks kuburan itu.” jawabku. “Ya, oke. Aku ikut tapi aku..” jawab Reza. “Tapi kamu kenapa, Za? Aku juga ikut deh, walau aku masih takut tapi aku penasaran juga.” sahutku. Kami berencana melewati kompleks kuburan dan rumah kosong itu keesokan harinya.
Keesokan harinya, lagi-lagi kami melewati jalan yang sama seperti kemarin. Niat kami tak lain hanya untuk menjawab rasa penasaran saja. Tiba di jalan dekat kompleks kuburan itu, Daffa mengucapkan salam dengan suara yang keras. Lirih kami mendengar suara orang yang menjawab salam. Aku dan Reza lari terbirit-birit. “Tunggu Aku!” teriak Daffa yang menyusul kami karena sudah tertinggal jauh.
Kami kembali ke pondok dalam keadaan takut. “Ada apa kalian?” kata Arfa yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku kami, sedang kami tidak menyadarinya. “Anu.. Fa.. ”jawab Reza dengan nada sedikit gemetar. “Tadi kami bertiga melewati kompleks kuburan di daerah desa sebelah, lalu saat Daffa mengucapkan salam, ternyata ada yang menjawab salam itu, padahal kami tidak melihat seorang pun di sekitar daerah itu saat kami melewatinya” sahutku. “Aneh tapi nyata” sela Reza yang sedari tadi mendekap tubuh Daffa kerena rasa takutnya. “Aku jadi penasaran. Besok hari Minggu pagi, kita ke sana setelah shalat Subuh bagaimana?” usul Arfa. “ih aku gak mau, serem tau..” jawab Reza. “Eh iya, aku mau deh, aku masih penasaran. Eh Za! Koe ngopo meluk aku segala, ngadoh kana!” ujar Daffa yang baru sadar didekap Reza. Reza pun menyingkir dari Daffa, disertai tawaku dan Arfa. “Anak laki-laki itu harus berani seperti aku dong.” selaku. “Empreett, kamu tadi juga lari kok weeekkk” ejek Reza.
Kami sepakat akan mencoba lagi untuk yang ketiga kali dengan ditemani Arfa. Pagi itu, mentari sudah sedikit menerangi sebagian bumi. Kami berjalan dengan tempo yang relatif agak cepat. Arfa berjalan di barisan yang paling depan. “Jangan cepat-cepat jalannya!” kata Reza memecah keheningan. “Sssttt, diam kita sudah sampai” sela Daffa. “Assalamu’alaikum” salam Arfa. “Dengarkan baik-baik seperti ada seseorang yang menjawab, ayo coba lagi Fa!” pintaku. “Assalamu’alaikum” salam Arfa mencoba lagi. Seketika hening, dan terdengar suara menjawab “Wa’alaikumussalam”. Suara itu seperti terdengar dari rumah kosong sebelah kompleks kuburan itu. Kami mendekati rumah itu dan mengucapkan salam sekali lagi. Semakin jelas terdengar jawaban salam itu. Akhirnya Arfa memberanikan diri membuka pintu rumah yang sudah berdebu. “Kreeekk” suara pintu menjerit akibat engsel pintu sudah rusak. “Astaghfirullahal’adzim” ucap kami hampir bersamaan saat kami mendapati ada seorang nenek tua renta sedang terbaring di amben. Ternyata nenek inilah yang menjawab salam kami selama ini. Kondisi nenek cukup memprihatinkan. Nenek hidup sebatang kara dan sedang sakit. Sudah dua hari nenek tidak bisa terbangun dari tempat tidur akibat sakit yang dideritanya. Aku dan Arfa segera ke pondok untuk memberitahu Pak Ustadz. Daffa berinisiatif membelikan roti dan air mineral. Tinggallah Reza menemani nenek. “Aku kira selama ini yang menjawab salam itu hantu, nek” sambil cengengesan. “Husst ngawur, nenek bukan hantu, lagian tho le kok hantu menjawab salam”. “Maaf nek” sahut Reza dengan tidak ketinggalan gaya cengengesannya.
Hikmah : Allah SWT Maha Pemberi Keselamatan. Allah akan menyelamatkan setiap makhluk yang membutuhkan pertolonganNya.
Adikku sayang
Adikku Sayang
Al Qobir (Allah Maha Memaksa)
Oleh : Rena Gita Cahyani
Editor : Yuti Yuliani
Di kota yang sedikit ramai, hiduplah seorang gadis yang cantik. Dia hidup bersama kedua orang tua, kakak serta adik kecilnya yang masih berumur lima tahun. Gadis cantik itu bernama Ren Violla, gadis berumur 12 tahun yang rajin beribadah dan sayang dengan keluarganya.
Di suatu pagi yang cerah, ketika Violla hendak berangkat sekolah, ia diminta ibunya untuk mengantarkan adiknya ke sekolah, “Violla, tolong antarkan Tian ke sekolah yaa” pinta ibu. “Ya Bu, Assalamu’alaikum” jawab Violla sambil mencium tangan ibu dan ayahnya.
Dihiasi canda tawa mereka, sampailah mereka di sekolah Tian, “kakak, berangkat dulu yaa” pamit Violla kepada Tian. “iya kak, hati-hati ya!” jawab Tian sambil melambaikan tangan. Lima menit kemudian sampailah Violla di sekolahnya dan pintu gerbang sedang ditutup oleh Pak Satpam, “Tunggu Pak!” teriak Violla. “Oh kamu Violla, ayo cepat masuk” jawab Pak Satpam. Setelah itu Violla berlari menuju kelasnya dan pelajaran akan segera dimulai. Tak lama kemudian, guru pun datang dan pelajaran dimulai.
Pelajaran berlangsung hingga istirahat. “Kriiing” istirahat pun tiba, semua siswa berhamburan keluar kelas. Istirahat telah selesai bel masuk berbunyi “kriiing”, pelajaran terakhir dimulai, Violla tidak sabar untuk pulang. Pelajaran berlangsung selama satu jam dan alunan lagu yalal wathon” terdengar merdu yang menandakan bahwa pelajaran telah selesai, waktunya berkemas dan pulang. “Oke Dio, ayo disiapkan”, perintah Bu Guru. “Siap gerak, berdoa mulai!”, semua murid berdoa. “Selesai” aba-aba dari Dion. “Baiklah sekian dari Ibu, “wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh”, salam Ibu Guru. “wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh” jawab siswa dengan semangat. Semua siswa berhamburan keluar kelas.
Jarak sekolah Violla ke rumah tidak jauh, hanya membutuhkan waktu 10 menit jika berjalan kaki. Sesampainya di rumah, “assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh” ucap Violla sambil membuka pintu rumah. “Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh”, jawab Ibu. “Tian dimana bu?” Tanya Violla yang sudah tidak sabar untuk bermain dengan adiknya yang menggemaskan itu. “Tian sedang bermain di rumah Dinda” jelas Ibu. “Oh” jawab Violla singkat.
Violla bergegas mengganti baju dan melaksanakan sholat dhuhur. Setelah itu, ia pergi bermain ke rumah Dinda, “Ibu, Violla pergi ke rumah Dinda ya…”, pamit Dinda. “Iya, hati-hati nak!” sahut ibu.
Violla berjalan kaki menuju rumah Dinda. Rumah Dinda terletak di pinggir jalan raya, sehingga rumahnya selalu ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Sesampainya di rumah Dinda, Violla sedang melihat Tian bermain bola dengan adiknya Dinda, Bayu, di halaman depan rumah mereka. “Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh”, salam Violla. “Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh, eh Violla, ayo duduk sini”, jawab Dinda. Violla dan Dinda asyik mengobrol tentang sekolahnya karena mereka satu sekolah walaupun Dinda satu tingkat di bawah Violla.
“Tangkap ini Tian” seru Bayu. Tetapi bola tidak tertangkap dan terlempar ke jalan raya. “Yah, ayo Tian ambil bolanya” pinta Bayu. “Iya”, jawab Tian singkat. Melihat Tian menuju jalan raya, Violla berteriak dan berlari mengikuti Tian “Awas Tian, hati-hati!”. Saat Tian mengambil bola di jalan, tiba-tiba ada mobil yang melaju kencang, hingga menabrak Tian. “Tiiiiaaaaan!!!” teriak Violla. Mobil yang menabrak Tian sudah menghilang di ujung jalan.

(Ilustrasi : https://www.enampagi.id/news/1258974318/ikuti-film-tom-and-jerry-anak-4-tahun-lompat-dari-lantai-26-menggunakan-payung)
Darah terus mengalir dari mulut dan dahi Tian. “Ayo kita bawa Tian masuk ke rumahku”, seru Dinda. Ibu Dinda pun kaget melihat kondisi Tian dan segera menelpon Ibu Violla. Ibu Violla segera menuju rumah Dinda dan terkejut melihat kondisi anaknya itu. “Astaghfirullah, Kamu kenapa nak…” seru Ibu Violla disertai isak tangis. “Tadi Tian ketabrak mobil Bu” tangisan Violla pun pecah. Beberapa orang yang menolong Tian sudah menghubungi rumah sakit terdekat. “wiiyuuu.. wiiyuuu..” suara ambulance mendekat. Tian dibawa menuju rumah sakit dan segera diperiksa oleh dokter.
Hening, hanya terdengar suara isak tangis dan lirihan doa di depan ruang IGD. Sepuluh menit kemudian, dokter keluar ruangan IGD, “apakah ibu keluarga pasien?”, tanya dokter. “Iya dok, saya ibunya. Bagaimana keadaan anak saya dok?” tanya Ibu penuh kekhawatiran. “Semoga Ibu tabah menerima kenyataan ini, anak ibu tidak dapat diselamatkan, mohon maaf Ibu, kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”, sahut dokter.
Tubuh Ibu mendadak lemah. Ibu, Violla dan kakak belum dapat menerima kenyataan. Terlebih Violla yang sedari tadi menangis histeris. Ayah datang dengan wajah kebingungan melihat Ibu, Violla dan kakak menangis, dan menatap Tian di ruang IGD. Tiada lagi senyum dan tawanya, Tian kini terbujur kaku dan dingin. Jenazah Tian dibawa ke rumah, kemudian dimandikan dan dimakamkan. Saat pemakaman, hanya Ayah yang terlihat tegar sedangkan Ibu, Violla dan kakak masih menangisi kepergian Tian.
Hikmah :
Allah SWT memang Maha Memaksa dalam segala hal, entah itu rezeki ataupun takdir. Jika sudah waktunya, maka hal yang dikehendaki Allah akan tetap terjadi dan tidak ada yang dapat menghalanginya. Semua berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepadaNya
Pantun Nasihat
Jalan kaki keliling Ka’bah
Tak terasa lelah sudah
Kalau hidup mau berkah
Banyak-banyaklah bersedekah
Pakaian basah karena hujan
Mengganti pakaian sebelum makan
Hari gelisah menjadi berantakan
Karena kewajiban sering dilupakan
Pasang pelita redupnya sangat
Belajar silat mesti diuji
Kalau kita mau hidup selamat
Perbanyak Sholawat dan mengaji
Bunga kertas di atas meja
Bersanding dengan kecapi
Ayo jangan putus asa
Semangat kejar prestasi
Adik tidur dengan pulas
tidur di lantai tanpa alas
Ke sekolah jangan malas
Kelak semua akan berbalas
Buat manisan dari buah salak
Dijual dengan macam-macam harga
jadilah anak berbakti pada ibu bapak
Agar kelak bisa masuk surga
Rusa jinak jangan dikejar
Kalau dikejar larinya ke kota
Mari kita rajin belajar
Demi menggapai cita-cita
Ke toko mau beli tikar
Ku dengar harga minyak naik
Percuma kamu belajar
Kalau akhlak tidak baik
Puisi
MITahassus
Madrasah Ibtidaiyah Tahassus Ma’arif NU
Follow us
Menu